Sikap dermawan memang tak dating serta merta. Ia juga bukanlah bakat bawaan dari lahir. Kedermawaan lahir dari proses pembiasaan. Dari seorang ibu yang sering mengajak anaknya berkunjung ke panti asuhan atau tempat-tempat kemanusiaan semisalnya. Atau seorang karyawan yang memotogn gajinya setiap bulan untuk sedekah.
Orang yang tak biasa memberi akan kehilangan satu hal berharga dari dirinya, yaitu “kesadaran diri”.
Satu orang yang di atas menyerukan “BERIKAN TANGANMU!”, maka orang pertama memberikan tangannya, dan selamatlah ia. Kepada orang kedua yang di atas perahu juga menyeru, “BERIKAN TANGANMU!”, orang kedua pun menuruti memberikan tangannya dan selamat. Kepada orang ketiga yang sudah mulai kesusahan berenang, yang di atas menyeru lagi, “BERIKAN TANGANMU!”.
Tiba-tiba orang ini seperti ragu, dan lama tidak memberikan tangannya. Orang pertama yang selamat tadi kemudian maju ke depan dan berkata, “AMBIL TANGANKU!” barulah orang tersebut mau mengambil tangan orang yang di atas perahu.
Kemudian, orang pertama itu berkata, “dia tidak terbiasa memberi”. Yang lain menyahut, “dia hampir mati cuma gara-gara hanya tahu cara mengambil”.
Saat diminta “berikan”, orang ini tidak connect. Diminta “ambil” barulah bergegas. Itu karena saking lamanya dia dalam hidupnya jarang memberi. Sehingga kata “beri” seperti hilang dari otaknya.
Baiklah kisah di atas hanyalah sebuah fiksi. Namun, perkara lupa bagaimana memberi itu sebenarnya sering terjadi dalam kehidupan nyata.
- Maka biasakanlah memberi, maka Anda akan menemukan cinta.
- Maka biasakanlah memberi, maka Anda akan menemukan arti menerima.
- Maka biasakanlah memberi, maka Anda akan menemukan persahabatan dan kebahagiaan.
Sat Anda sudah terbiasa memberi, kalau “YANG DI ATAS” menyeru, “berikan (apa yang ada di) tanganmu!”, kita tidak akan hang seperti orang ketiga di perahu tadi. Wallahu A’lam Bisshowab.
Tidaklah semua orang bisa melakukannya. Itu memang hal sulit dilakukan jika kita belum terbiasa melakukannya. Dan hendaklah kita bisa sedikit belajar dari arti sebuah kehidupan Tidak hanya bisa "menerima" tapi juga belajar iklas untuk "memberi".
Oleh : Muhammad Molik